BILA di Sumatra Utara ada Pulau Samosir dengan Danau Toba-nya, di Ciamis, Jawa Barat, ada Nusa Gede dengan Situ Lengkong-nya. Situ Lengkong adalah danau kecil yang berada di kaki Gunung Syawal dengan ketinggian 731 meter di atas permukaan laut.
Di tengah keindahan Situ Lengkong seluas 70 hektare tersebut terdapat sebuah pulau yang oleh warga Panjalu disebut Nusa Gede atau Nusa Larangan yang mempunyai luas 9,25 hektare.
Nusa Gede, yang dikelilingi genangan air Situ Lengkong, merupakan hamparan hutan rimba yang ditumbuhi berbagai pohon langka yang terpelihara kelestariannya.
Pada zaman penjajahan Belanda, Nusa Gede ini dikukuhkan sebagai cagar alam dengan nama Pulau Koorders untuk menghormati Dr Koorders, warga Belanda pendiri Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda, yang waktu itu berkedudukan di Bogor.
Di Nusa Gede ini tidak hanya tumbuh berbagai jenis pohon, belukar termasuk pohon-pohon besar tempat bergelantungannya ribuan ekor kelelawar. Juga terdapat pemakaman raja-raja Kerajaan Galuh Panjalu. Di pulau itu ada makam Prabu Haryang Kencana, anak Pangeran Borosngora, Raja Panjalu pertama yang masuk Islam dan kemudian jadi penyebar agama Islam di Galuh. Kompleks pemakaman di Nusa Gede inilah yang sering didatangi para peziarah. Bahkan mendiang mantan presiden RI KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) semasa hidupnya beberapa kali berziarah ke Nusa Gede. Gus Dur pernah menyebutkankan salah seorang leluhurnya, yakni Syaid Ali, dimakamkan di Nusa Gede.
"Rata-rata tiap hari ada empat sampai lima bus rombongan peziarah yang datang ke Situ Panjalu. Bahkan pada bulan-bulan tertentu seperti Maulud bisa 50 bus rombongan peziarah yang masuk Panjalu. Rombongan peziarah ini datang tidak hanya siang hari, tapi juga malam. Sebelum ke Nusa Gede, para peziarah harus naik perahu dulu di dermaga Situ Lengkong," ujar Yusuf (50), kuncen Bumi Alit Panjalu.
Khusus pada bulan Maulud, selalu digelar acara ritual Nyangku, yaitu tradisi memandikan benda pusaka. Pada bulan Maulud tahun 2011 ini tradisi nyangku akan dilaksanakan pada 28 Februari. Biasanya saat digelar Nyangku, Situ Lengkong akan penuh sesak oleh pengunjung.
Pada acara ritual itu semua benda pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu yang disimpan di Bumi Alit, yang terletak di sudut Alun-alun kota kecamatan Panjalu, akan diprosesi melintas Situ Lengkong untuk disemayamkan beberapa saat di makam Prabu Haryang Kencana sebelum dimandikan di Alun-Alun Panjalu.
Para peziarah tidak hanya datang dan berdoa di kompleks makam di Nusa Gede tersebut, tetapi pulangnya sering membawa oleh-oleh berupa air Situ Lengkong. Konon asal-usul air tersebut dalam hikayatnya berasal dari air zamzam. Banyak lagi oleh-oleh lainnya seperti goreng ikan mujair dan udang putih khas Situ Lengkong.
Para peziarah juga banyak yang berburu tanaman bratawali (Tinospora crispa) yang banyak tumbuh di sekitar Situ Lengkong tersebut. Tidak hanya dalam hutan, tetapi juga tumbuh merambat di sisi-sisi tebing dan pagar warung serta kolam di sekitar tepi Situ Lengkong tersebut. Tanaman bratawali ini dipercaya dapat menyegarkan tubuh dan meningkatkan vitalitas bila air rebusan batangnya diminum secara rutin tiap hari.
Sumber : tribunjabar.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar